"Sekarang timnya masih tahap persiapan, anggotanya sampai 50 orang," ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen Hartind Asrin kemarin (27/12). Tiga kapal selam ini ditargetkan selesai pada 2014.
Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI AL berencana menambah delapan kapal selam baru secara dalam tiga tahap hingga 2024. Nah, yang paling cepat adalah tiga kapal selam baru yang mulai dibangun bulan depan itu.
"Tim Indonesia akan mengikuti prosesnya sejak awal dalam rangka proses alih teknologi," kata Hartind. Harapannya, para ilmuwan dan teknisi ini bisa ikut membangun pesanan tahap dua nanti.
Lalu, saat tahap ketiga, tim sudah tak perlu lagi mengandalkan ilmuwan Korea Selatan. "Tapi, murni buah karya anak bangsa," ujar mantan atase pertahanan di Malaysia. Kebutuhan Kapal Selam TNI AL dalam blue print pertahanan hingga tahun 2024 adalah delapan unit kapal selam. Jumlah ini sebenarnya pas-pasan.
Standar minimal kapal selam yang harus dimiliki Indonesia adalah 14 unit. "Tapi, kami sudah sangat bersyukur kalau penambahan delapan ini lancar," ujarnya.
Saat ini hanya ada dua kapal selam Indonesia yang standby yakni KRI Cakra dan KRI Nanggala yang baru saja dioverhaul mesinnya di Korea Selatan.
Secara terpisah, Direktur Lembaga Studi Pertahanan Indonesia Rizal Darmaputra menilai penambahan tiga kapal selam langkah maju. "Karena prospek pertahanan Indonesia di masa depan adalah pertahanan maritime modern," katanya.
Alumnus IDSS Jenewa Swiss ini juga optimistis ilmuwan Indonesia mampu membuat sendiri kapal selam di dalam negeri. "Kemampuan BUMN kita sebenarnya sangat memadai. Hanya mungkin dulu salah urus. Sekarang dibawah menteri baru (Dahlan Iskan, red) ada harapan," katanya.
Tiga kapal selam baru nantinya harus ditempatkan di pangkalan yang strategis dan tidak hanya di satu komando armada. "Tak hanya perairan Selat Malaka tapi juga laut Sulawesi dan Samudera Hindia," ujar Rizal yang bolak-balik ke Afghanistan untuk riset masalah keamanan nasional ini.(rdl)
Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI AL berencana menambah delapan kapal selam baru secara dalam tiga tahap hingga 2024. Nah, yang paling cepat adalah tiga kapal selam baru yang mulai dibangun bulan depan itu.
"Tim Indonesia akan mengikuti prosesnya sejak awal dalam rangka proses alih teknologi," kata Hartind. Harapannya, para ilmuwan dan teknisi ini bisa ikut membangun pesanan tahap dua nanti.
Lalu, saat tahap ketiga, tim sudah tak perlu lagi mengandalkan ilmuwan Korea Selatan. "Tapi, murni buah karya anak bangsa," ujar mantan atase pertahanan di Malaysia. Kebutuhan Kapal Selam TNI AL dalam blue print pertahanan hingga tahun 2024 adalah delapan unit kapal selam. Jumlah ini sebenarnya pas-pasan.
Standar minimal kapal selam yang harus dimiliki Indonesia adalah 14 unit. "Tapi, kami sudah sangat bersyukur kalau penambahan delapan ini lancar," ujarnya.
Saat ini hanya ada dua kapal selam Indonesia yang standby yakni KRI Cakra dan KRI Nanggala yang baru saja dioverhaul mesinnya di Korea Selatan.
Secara terpisah, Direktur Lembaga Studi Pertahanan Indonesia Rizal Darmaputra menilai penambahan tiga kapal selam langkah maju. "Karena prospek pertahanan Indonesia di masa depan adalah pertahanan maritime modern," katanya.
Alumnus IDSS Jenewa Swiss ini juga optimistis ilmuwan Indonesia mampu membuat sendiri kapal selam di dalam negeri. "Kemampuan BUMN kita sebenarnya sangat memadai. Hanya mungkin dulu salah urus. Sekarang dibawah menteri baru (Dahlan Iskan, red) ada harapan," katanya.
Tiga kapal selam baru nantinya harus ditempatkan di pangkalan yang strategis dan tidak hanya di satu komando armada. "Tak hanya perairan Selat Malaka tapi juga laut Sulawesi dan Samudera Hindia," ujar Rizal yang bolak-balik ke Afghanistan untuk riset masalah keamanan nasional ini.(rdl)
http://www.jpnn.com/read/2011/12/28/112478/50-Insinyur-RI-Belajar-Rakit-Kapal-Selam-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar