Sejarah karya animasi di Jepang diawali dengan dilakukannya First Experiments in Animation oleh Shimokawa Bokoten, Koichi Junichi, dan Kitayama Seitaro pada tahun 1913.
Kemudian diikuti film animasi berdurasi pendek yang mengawali sejarah dan "evolusi" animasi jepang.
Generasi Pertama (Film Anime Bisu)
Mukuzo Genkanban no Maki "The First" (1917) :
Mukuzo Genkanban no Maki "The First" (1917).
Imokawa Mukuzo Genkanban no Maki (translated: The Story of the Concierge Mukuzo Imokawa). Film yang diberi gelar "The First" ini merupakan film animasi karya Oten Shimokawa pada tahun 1917.Pada saat itu Oten membutuhkan waktu 6 bulan hanya untuk mengerjakan animasi sepanjang 5 menit tersebut dan masih berupa “film bisu”.
Imokawa Mukuzo Genkanban no Maki (translated: The Story of the Concierge Mukuzo Imokawa). Film yang diberi gelar "The First" ini merupakan film animasi karya Oten Shimokawa pada tahun 1917.Pada saat itu Oten membutuhkan waktu 6 bulan hanya untuk mengerjakan animasi sepanjang 5 menit tersebut dan masih berupa “film bisu”.
Namakura Gatana (The Dull Katana) (1918) :
Urashima Tarō (1918) :
Saru kani Kassen (1918) :
Generasi Kedua
Chikara to Onna no Yo no Naka (1933) :
Periode Perang Dunia Kedua
Kumo to Chūrippu (1943) :
Umi no Shinpei (1945) :
Momotarō: Umi no Shinpei (1945)
Film arahan Mitsuyo Seo. Momotarō: Umi no Shinpei (Momotaro's Gods-Blessed Sea Warriors) adalah film animasi pertama jepang yang berdurasi panjang sekitar 74 menit. Film ini menceritakan cerita rakyat momotaro yang sedikit dibumbui intrik politik pemerintahan. Film ini menggambarkan "Liberation of Asia", sebagian latar cerita berada di Sulawesi
Film arahan Mitsuyo Seo. Momotarō: Umi no Shinpei (Momotaro's Gods-Blessed Sea Warriors) adalah film animasi pertama jepang yang berdurasi panjang sekitar 74 menit. Film ini menceritakan cerita rakyat momotaro yang sedikit dibumbui intrik politik pemerintahan. Film ini menggambarkan "Liberation of Asia", sebagian latar cerita berada di Sulawesi
Toei Animation and Mushi Productions Period
Toei Animation
The Tale of the White Serpent (1958) :
Mushi Productions
Astro Boy (1963) :
Periode Era 1970-an
Selama tahun 1970-an, tingkat kompetesi yang begitu ketat mengakibatkan pengurangan pegawai Toei Animation dan banyak animator-animator beralih ke studio lain seperti A Pro dan Telecom Animation. Mushi Production bangkrut (kemudian bangkit kembali 4 tahun kemudian). Para pekerja ex-Mushi kemudian beralih mendirikan perusahaan baru seperti Madhouse Production dan Sunrise.
Berikut nama-nama anime yang populer pada era 1970-an
Anime yang populer pada era 1970-an :
Periode Era 1980-an
Era 1980-an :
Periode Era 1990-an
Pada tahun 1995, Hideaki Anno menyutradarai anime kontroversial, Neon Genesis Evangelion. Namun terlepas dari kontroversialnya, Neon Genesis Evangelion terbilang sukses (mampu meraih pendapatan lebih dari $10 juta). Oleh karena itu beberapa perusahaan anime lain membuat tandingan dengan bermunculannya anime-anime bergendre Mecha/Giant robot RahXephon, Brain Powerd, Gasaraki
Era 1990-an :
Periode era 2000-an
Sebuah gebrakan anime dimulai oleh Takashi Murakami, memadukan budaya pop Jepang dengan seni postmodern yang dikenal dengan "Superflat" yang dimulai sekitaran tahun 2000.
Serial Experiments Lain |
Gantz |
The Real Robot genre (termasuk Gundam dan Macross), yang kurang berhasil pada tahun 1990-an, pada tahun 2002 kembali dibangkitkan kembali dengan kesuksesan yang diperoleh anime seperti Mobile Suit Gundam SEED (2002), Eureka Seven (2005), Code Geass: Lelouch of the Rebellion (2006), Mobile Suit Gundam 00 (2007), Macross Frontier (2008) dan Code Geass: Lelouch of Rebellion R2 (2008).
Eureka Seven |
Pada tahun 2000-an banyak anime yang diadaptasi dari manga dan novel ringan termasuk judul populer seperti Fullmetal Alchemist (2005), Rozen Maiden 2005, Aria The Animation (2005), Shakugan no Shana (2005), Pani Poni Dash! (2005), Death Note (2006), Mushishi (2006), Sola (2007), The Melancholy of Haruhi Suzumiya (2006), Lucky Star (2007), Toradora! (2008-09), K-On! (2009) dan Bakemonogatari (2009).
Fullmetal Alchemist (2005) |
Anime-anime bergenre Action Fighting pun bermunculan dan langsung diminati oleh penikmat anime di Jepang bahkan di seluruh dunia, seperti One Piece, Naruto, Bleach, Fairy Tail, dan lainya.
Anime adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan film animasi/ kartun Jepang. Kata tersebut berasal dari kata animation yang dalam pelafalan bahasa Jepang menjadi animeshon, dan kemudian disingkat menjadi anime.
Meskipun pada dasarnya anime tidak dimaksudkan khusus untuk animasi Jepang, tetapi kebanyakan orang menggunakan kata tersebut untuk membedakan antara film animasi buatan Jepang dan non-Jepang.
Sejarah karya animasi di Jepang diawali dengan dilakukannya First Experiments in Animation oleh Shimokawa Bokoten, Koichi Junichi dan Kitayama Seitaro pada tahun 1913. Kemudian diikuti film pendek (berdurasi sekitar 5 menit) karya Oten Shimokawa yang berjudul Imokawa Mukuzo Genkanban no Maki tahun 1917. Pada saat itu Oten membutuhkan waktu 6 bulan hanya untuk mengerjakan animasi sepanjang 5 menit tersebut dan masih berupa "film bisu". Karya Oten itu kemudian disusul dengan anime berjudul Saru Kani Kassen dan Momotaro hasil karya Seitaro Kitayama pada tahun 1918, yang dibuat untuk pihak movie company Nihon Katsudo Shashin (Nikatsu). Pada tahun 1918 Seitaro kembali membuat anime dengan judul Taro no Banpei. Tetapi semua catatan tentang anime tersebut dikatakan hilang akibat gempa bumi di Tokyo pada tahun 1923.
Selain Oten dan Seitaro, ada juga beberapa animator lain seperti, Junichi Kouichi (Hanahekonai Meitou no Maki, 1917), Sanae Yamamoto (Obasuteyama, 1924), Noburo Ofuji (Saiyuki, 1926 dan Urashima Taro, 192, Yasushi Murata (Dobutsu Olympic Taikai, 192. Pada saat itu, muncul pula anime pertama yang mempunyai sekuel yaitu Sarugashima (1930) dan kelanjutannya yaitu Kaizoku-bune (1931).
Pada tahun 1927, Amerika Serikat telah berhasil membuat animasi dengan menggunakan suara (pada saat itu hanya menggunakan background music). Jepang kemudian mengikuti langkah itu dan anime pertama dengan menggunakan suara musik adalah Kujira (1927) karya Noburo Ofuji. Sedangkan anime pertama yang "berbicara" adalah karya Ofuji yang berjudul Kuro Nyago (1930), berdurasi 90 detik. Salah satu anime yang tercatat sebelum meletus Perang Dunia II dan merupakan anime pertama dengan menggunakan optic track (seperti yang digunakan pada masa sekarang) adalah Chikara To Onna No Yononaka (1932) karya Kenzo Masaoka.
Di tahun 1943 Masaoka bersama dengan seorang muridnya Senoo Kosei, mereka membuat kurang lebih lima episode anime berjudul Momotaro no Umiwashi (Momotaro, the Sea Eagle). Anime yang ditayangkan ini merupakan anime Jepang pertama dengan durasi lebih dari 30 menit (short animated feature film).
Mendekati akhir dari Perang Pasifik, yaitu pada bulan April 1945, Senoo telah membuat dan menampilkan kurang lebih sembilan episode anime yang merupakan karya besarnya, Momotaro: Umi no Shinpei (Momotaro: Devine Soldier of the Sea). Anime ini merupakan anime Jepang pertama yang berdurasi panjang yaitu sekitar 72 menit (animated feature film). Keduanya adalah anime propaganda yang mengadaptasi dari cerita legenda terkenal Jepang Momotaro, dan merupakan salah satu dari anime terpopuler pada masa tersebut.
Noburo Ofuji juga pernah mencoba membuat anime yang berwarna. Pada saat itu ia membuat anime Ogon no Hana (1930) dengan hanya 2 warna, tetapi tidak pernah dirilis. Anime pertama yang dirilis dengan warna baru muncul lama setelah itu, yaitu Boku no Yakyu (194 karya Megumi Asano.
Setelah Perang Dunia II, industri anime dan manga bangkit kembali berkat Osamu Tezuka. Orang yang dijuluki "God of Manga" ini pada saat itu baru berusia sekitar 20 tahun dan karyanya adalah Shintakarajima yang muncul pada tahun 1947. Hanya dalam beberapa tahun saja, Tezuka kemudian menjadi sangat terkenal.
Ketika habis masa kontraknya dengan Toei pada tahun 1962, Tezuka kemudian mendirikan Osamu Tezuka Production Animation Departement, yang kemudian disebut dengan Mushi Productions dengan produksi pertamanya film pendek berjudul Aru Machi Kado no Monogatari (1962). Produk Mushi Production yang terkenal adalah Tetsuwan Atom. Namun Tetsuwan Atom bukanlah animasi televisi buatan lokal pertama yang ditayangkan. Tahun 1960 adalah pertama kalinya ditayangkan anime TV di Jepang, yaitu Mittsu no Hanashi (Tree Tales) – The Third Blood yang merupakan anime TV Special. Dilanjutkan dengan penayangan serial anime TV produksi Otogi-Pro berjudul Instant Story pada tanggal 1 Mei 1961 di stasiun televisi Fuji (Fuji Terebi). Walaupun hanya berdurasi 3 menit serial ini cukup mendapat popularitas serta bertahan hingga tahun 1962.
Penayangan anime tersebut merupakan tanda bagi kelahiran anime TV Series produksi Jepang yang pertama. Meski demikian, Tetsuwan Atom adalah anime pertama yang ditayangkan secara reguler. Acara ini sangat terkenal bahkan sampai ke beberapa negara di luar Jepang (di Amerika Tetsuwan Atom dikenal sebagai Astro Boy).
Anime Generasi Berikutnya
Sekitar tahun 1960-an, anime di televisi kebanyakan masih ditujukan untuk anak-anak. Materi cerita yang disajikan masih berkisar dalam kebaikan melawan kejahatan dan sesuatu yang lucu. Meski demikian dalam beberapa anime seperti 8-Man, diceritakan bahwa tokoh utamanya mati terbunuh kemudian dihidupkan kembali sebagai cyborg, atau bahkan Mach Go Go Go dengan plot yang agak mendalam tetapi semua masih tetap menitikberatkan pada pertentangan antara kebaikan dan kejahatan.
Perubahan baru mulai tampak terjadi pada era 1970-an. Anime yang diangkat dari karya mangaka dengan nama Monkey Punch yaitu Lupin Sansei (Lupin III) menjadi anime yang ditujukan bagi penonton dewasa dengan menyajikan humor-humor dewasa dan slapstick violence. Acara televisi ini ternyata sangat digemari sehingga muncul dalam bentuk film dan bahkan serial televisinya pun dibuat menjadi 2 sekuel.
Robot besar dalam anime pertama kali diperkenalkan pada tahun 1966 melalui karya Shotaro Kaneda, Tetsujin 28. Sejak itu mulai bermunculan anime-anime yang bertema hampir serupa.
Pada tahun 1979, muncul anime Kidou Senshi Gundam yang menurut sebagian orang pada saat itu merupakan "formula campuran" antara robot dari Tetsujin 28 dan cerita kepahlawanan luar angkasa dari Uchuu Senkan Yamato.
Memasuki era 80-an, anime semakin digemari dan semakin banyak produser film yang berusaha memenuhi keinginan masyarakat. Pertumbuhan ini semakin ditunjang dengan munculnya kaset video sebagai media. Dengan adanya teknologi VCR, masyarakat bisa memperoleh anime kesayangan mereka dalam bentuk video. Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya versi video sebuah anime yang langsung dijual kepada masyarakat tanpa harus ditayangkan di televisi terlebih dahulu atau dikenal dengan istilah OVA (Original Video Animation) atau OAV (Original Animated Video).
Pada era 80 sampai 90-an awal, Akira Toriyama dan Rumiko Takahashi disebut-sebut sebagai mangaka yang menguasai dunia anime dan manga. Toriyama dengan anime Dragon Ball nya yang muncul mulai tahun 1986, dan Takahashi dengan karya-karyanya seperti Urusei Yatsura dan Ranma 1/2 serta Maison Ikkoku yang bertema komedi dan roman.
Selain Toriyama dan Takahashi, ada seorang mangaka lain yang namanya juga dikenal di kalangan penggemar anime dan manga. Ia adalah Go Nagai. Berbeda dengan mangaka lainnya, Go Nagai banyak menghasilkan karya-karya yang cenderung untuk konsumsi orang dewasa karena di dalamnya seringkali ditemukan materi untuk dewasa. Selain itu, Go Nagai juga dikenal sebagai pencipta super robot. Sutradara ternama dari Jepang pada saat itu adalah Otamo Katsuhiro dengan karyanya yang terkenal Akira (198. Akira merupakan anime yang terkenal dalam skala internasional dan dianggap sebagai tonggak baru dalam anime.
Sutradara lain yang juga mempengaruhi perubahan dalam dunia anime adalah Shiro Masamune. Melalui manganya Appleseed dan Black Magic M-66ia menyuguhkan cerita dengan setting masa depan di mana batas antara teknologi dengan kemanusiaan menjadi semakin kabur. Pada tahun 1995 Shiro menghasilkan Kokaku Kidoutai (dikenal dengan Ghost In The Shell) yang terkenal.
Selain tema-tema khayalan seperti karya Otamo dan Shiro, juga mulai bermunculan anime dengan tema yang lebih serius dan nyata. Keiji Nakazawa mengangkat tema korban Hiroshima dengan judul Hadashi no Gen yang diangkat menjadi anime pada tahun 1983 dengan sutradara Masaki Mari. Salah satu anime terkenal yang mengangkat tema serupa adalah Hotaru no Haka (Grave of the Fireflies).
Dengan bermunculannya anime-anime dengan tema yang kompleks dan mendalam, maka anime telah menembus batasan "hanya untuk anak-anak" dan telah menjadi tontonan bagi berbagai macam tingkat usia.
dari: berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar