Namun, di luar kontroversi mengenai kebenarannya, situs prasejarah Gunung Padang sangatlah menarik diliat dari tinjauan arsitektur. Bentuknya yang berundak mengindikasikan adanya peradaban tinggi di zaman nenek moyang bangsa Indonesia.
Menurut anggota tim peneliti situs Gunung Padang, Pon S Purajatnika, situs ini didirikan pada tahun 2500 SM-1000 SM. Menjadikannya situs yang lebih tua dibanding bangunan Machu Picchu di Peru, Amerika Selatan, yang berdiri sekitar tahun 1460-1470 Masehi.
"Lima abad setelah situs Gunung Padang berdiri, barulah ada Machu Picchu di Peru. Bangunan ini memakai metode dan pilihan lokasi yang sama," kata Pon dalam acara diskusi 'Menguak Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan Nasional' di Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa (7/2).
Situs Gunung Padang terletak di antara dua kampung: kampung Gunung Padang di timur dan kampung Cipanggulan di sebelah barat. Bangunan berundak ini pertama kali ditemukan warga di tahun 1979 di ketinggian 885 meter di atas permukaan laut. Seperti dikatakan Pon, Machu Picchu di Peru juga berdiri di lokasi yang sama yakni di atas dataran tinggi sekitar 2.430 meter di atas permukaan laut.
(Machu Picchu/Robert Clark)
Salah satu arkelog Gunung Padang, Lutfi Yondri, menyebutkan, jika situs itu merupakan punden berundak yang dibangun dari batuan vulkanik yang berbentuk persegi panjang, terdiri dari balok-balok batu. Balok tersebut masuk dalam kelompok batuan beku andesit berwarna hitam, berkristal halus sampai sangat halus, masif, kompak, keras, dan sebagian permukan batuannya telah mengalami pelapukan yang ditandai mineral berwarna kuning kecoklatan.
Secara keseluruhan konstruksi punden berundak Gunung Padang terdiri dari lima teras yang masing-masingnya mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Teras pertama merupakan teras terbawah mempunyai ukuran paling besar yang kemudian berturut-turut sampai teras kelima ukurannya makin mengecil.
"Teras pertama untuk masyarakat dan upacara pengorbanan, teras kedua untuk pimpinan dan terdiri dari lima tempat duduk," kata Pon yang juga mantan Ketua Himpunan Arsitektur Jawa Barat.
Sedangkan pada teras ketiga ada lima bangunan yang merupakan kelompok batu tegak. Teras keempat terdapat tiga bangunan lagi yang terletak di bagian timur laut teras. Terakhir, teras kelima dianggap paling suci, terletak di bagian paling ujung tenggara dan jadi teras tertinggi.
"Bangunan Gunung Padang menunjukkan betapa dia bisa bertahan dari berbagai bencana hingga sekarang,. Masyarakat di masa itu sudah arif bijaksana dalam menyusun bangunan yang ada," kata Pon lagi.
(Zika Zakiya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar