Senin, 26 Desember 2011

Selamat Datang Di Rumah Para Dewa, Dataran Tinggi Dieng

Dataran Tinggi Dieng
Akhirnya sampai juga di Dataran Tinggi Dieng setelah menempuh perjalanan selama tiga jam dari Jogja. Sebelum menjelajah Dieng ada baiknya kalau saya sedikit bercerita tentang Dieng. Secara geografis Dataran Tinggi Dieng dimiliki oleh empat kabupaten di Jawa Tengah yaitu Wonosobo, Banjarnegara, Temanggung, dan Batang. Namun untuk area wisatanya kebanyakan masuk di Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Dengan ketinggian rata-rata 2.000 meter di atas permukaan laut membuat Dieng menjadi dataran tertinggi kedua di dunia setelah Tibet/Nepal di Pegunungan Himalaya. Dengan lokasi yang cukup tinggi tersebut nggak heran kalau suhu udara di Dieng cukup dingin. Suhu berkisar antara 15-20 derajat pada siang hari dan bisa turun hingga kurang dari 10 derajat pada malam hari. Suhu pada saat musim kemarau (Juli-Agustus) lebih ekstrem lagi karena bisa mencapai nol derajat pada pagi hari. Jadi kalau mau ke Dieng sebaiknya persiapkan berbagai macam baju tebal seperti jaket, penutup kepala, kaos kaki, sepatu, dan kalau perlu penutup hidung (masker). Kenapa? Udara disini sangat lembab. Jika belum terbiasa dan langsung menghirup udara yang lembab ini hidung terasa sakit, bahkan berujung pada sakit kepala juga.



Dataran Tinggi Dieng merupakan wilayah vulkanik aktif yang mirip seperti gunung api raksasa. Anda akan dengan mudah menemui kawah-kawah aktif di sekitaran Dieng. Dieng terbentuk karena letusan gunung berapi yang sangat dahsyat. Sampai sekarang bisa dikatakan kondisi geologi Dieng masih cukup labil karena sering terjadi pergerakan-pergerakan tanah. Namun aktifnya Dieng tidak bersifat eksplosif seperti Gunung Merapi, Semeru, dan gunung-gunung lainnya. Dieng bersifat lebih kalem tapi yang membahayakan adalah munculnya gas beracun (CO) dari kawah-kawah yang mengelilingi Dieng. Contoh paling nyata adalah letusan Kawah Sinila pada tahun 1979 yang membunuh ratusan warga karena menghirup gas CO yang mematikan. Dan yang paling baru tentu saja aktifnya Kawah Timbang yang mengeluarkan gas beracun pada bulan Mei kemaren, bahkan sampai sekarang statusnya masih siaga. Nggak usah khawatir adanya status Kawah Timbang yang masih siaga karena lokasinya berjarak 15 km dari lokasi wisata.

Nama Dieng sendiri berasa dari Bahasa Kawi: "di" berarti tempat atau gunung dan "hyang" berarti dewa. Dengan demikian Dieng dapat diartikan pegunungan sebagai tempat para dewa dan dewi bersemayam. Nuansa Hindu begitu kental disini dengan banyaknya candi-candi Hindu yang ditemukan di Dieng seperti Candi Arjuna, Candi Bima, Candi Gatotkaca, Candi Dwarawati, dan candi-candi lainnya. Meskipun demikian sebagain besar warga Dieng adalah muslim yang taat. Saya tidak tahu berapa persen yang memeluk agama Hindu. Sebagian besar dari masyarakat ini bekerja sebagai petani. Sayur-sayuran tumbuh dengan subur di Dataran Tinggi Dieng.

Oke, segitu dulu pengenalnnya. Sudah siap berkeliling Dieng? Ada banyak sekali tempat-tempat menarik dan hal-hal unik yang saya temui disana. Ikutin terus ya!! :D


http://www.wijanarko.net/2011/07/selamat-datang-di-rumah-para-dewa.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

farid. Diberdayakan oleh Blogger.