Selasa, 21 Februari 2012

Rusdi Kirana di balik Sukses Lion Air


JAKARTA-Rusdi Kirana  patut diberi gelar '' Raja Penerbangan'' di Indonesia. Dialah bos Lion Air yang sukses dan rendah hati.
Beberapa tahun silam, terbang dengan pesawat hanya milik orang-orang berduit. Anggapan ini begitu kuat melekat karena memang ongkos naik pesawat sangat mahal. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan peraturan, mulailah bermunculan pesawat dengan biaya lebih terjangkau. Demikian juga yang terjadi di Indonesia. Jika dulu pesawat hanya didominasi oleh Garuda dan Merpati-dua perusahaan penerbangan milik pemerintah (BUMN)-yang notabene harga tiketnya cenderung mahal, kini berbagai maskapai terbang menghiasi angkasa Indonesia.
Maraknya dunia penerbangan Indonesia saat ini boleh jadi dipelopori oleh munculnya maskapai penerbangan murah (low cost) pertama di Indonesia, yaitu Lion Air. Dengan slogannya: "We make people fly" atau "Kita membuat orang-orang terbang", maskapai yang baru beroperasi awal tahun 2000-an tersebut seolah memicu munculnya maskapai low cost lainnya. Lion sebagai maskapai baru segera menjadi bahan perbincangan karena mampu menyedot banyak penumpang meski kehadirannya sempat diragukan sebelumnya. Bahkan kini, maskapai tersebut telah menduduki peringkat kedua sebagai maskapai dengan penumpang paling banyak di tanah air.
Sukses Lion Air tak bisa lepas dari sosok pimpinannya, yakni Rusdi Kirana. Kelahiran 17 Agustus 1963 ini mampu menepis segala keraguan dengan menjadikan Lion Air sebagai salah satu armada terbesar saat ini. Berbekal pengetahuan menjadi sales agent sebuah biro perjalanan, ia nekad mendirikan Lion Air. Ia menyebut modalnya saat itu hanya kepercayaan. ""Dari mana saya punya uang, modal airline itu kan bukan cuma 1-2 milyar? Ini karena kepercayaan," tegasnya.
Terlahir dari keluarga pedagang, bapak tiga anak ini memang dididik dengan keras oleh keluarganya. Hal itulah yang menjadi bekalnya untuk membesarkan Lion Air. Dari kesuksesannya mendirikan biro perjalanan Lion Tours, bersama dengan saudaranya-Kusnan Kirana-ia memberanikan diri terjun ke bisnis penerbangan. Kala itu, banyak orang memperkirakan Lion Air tidak akan bertahan lama. Sebab, pengalaman menjalankan bisnis biro perjalanan dianggap sangat berbeda dengan menjadi operator pesawat sendiri. "Banyak yang memprediksi saya, Lion Air akan segera tutup. Waktu saya bisa bertahan sampai hampir setahun, ada teman dari salah satu airline menelepon, you hebat juga bisa bertahan. Saya bilang saya bukan hebat, nasib saja yang membawa saya bisa begini," ujarnya merendah.
Selain pekerja keras, Rusdi memang dikenal sebagai orang yang rendah hati. Ia mudah bergaul dengan banyak orang dan selalu tampil sederhana di setiap kesempatan. Rusdi mengatakan bahwa itu semua didapat karena latar belakang pendidikan orangtuanya. "Kami, nggak pernah diarahkan mesti jadi apa. Jadi bajingan, maling atau pengusaha, terserah. Tapi ada satu, mesti punya hati nurani. Dukungan materi tak mereka berikan, tapi moril sangat besar, dan saya bisa sampai di hari ini karena dipercaya orang," terangnya menyebut salah kunci sukses membesarkan Lion Air.
Selain itu, Rusdi juga menyebut bahwa bisnis yang digelutinya bisa sukses karena ia selalu berusaha memberikan kepuasan kepada orang lain.
Maskapai nasional Lion Air membuat lompatan besar dengan membeli 230 pesawat Boeing senilai Rp195 triliun. Pesawat-pesawat ini akan dikirim bertahap pada 2017-2025.
Transaksi ini merupakan terbesar setelah sebelumnya Lion memesan 178 Boeing 737-900ER yang diantar bertahap sejak 2007 hingga 2017.
Lion yang secara hukum berdiri pada Oktober 1999, dan beroperasi pada 30 Juni 2000, hanyalah maskapai penerbangan yang awalnya punya satu unit Boeing 737-200.
Namun, kini, Lion Air terus berkembang. Menurut Direktur Umum Lion Air Edward Sirait, Lion Air telah memiliki 92 armada pesawat, termasuk milik anak usahanya Wings Air. Jumlah pesawat ini akan terus bertambah seiring dengan datangnya pesawat pesanan dari Boieng. Pada 2005 mendatang, Lion akan memiliki 408 pesawat.
Sukses Lion Air ini tak bisa lepas dari sosok Rusdi Kirana, salah satu pemilik sekaligus presiden direktur Lion Air. Pria kelahiran 17 Agustus 1963 ini mampu menepis segala keraguan dengan menjadikan Lion Air sebagai salah satu armada besar saat ini.
Dalam sebuah wawancara, Rusdi mengaku saat mendirikan perusahaan hanya berbekal kepercayaan. Rusdi dan kakaknya, Kusnan Kirana, yang sukses mendirikan perusahaan penjualan tiket Lion Tours, hanya memiliki pengalaman menjual tiket. "Dari mana saya punya uang? Ini karena kepercayaan," katanya.
Rusdi mengambil pasar yang saat itu belum tergarap: penerbangan rendah biaya. Pada 1990-an, harga tiket pesawat sangat mahal, sehingga hanya orang-orang kaya saja yang bisa terbang. Namun, setelah ada Lion Air, zaman berubah. Harga pesawat tiket pun menjadi semakin terjangkau.
Maraknya penerbangan murah di Indonesia ini tak lepas dari Lion Air. Dengan slogan "We make people fly", Lion mampu menyedot banyak penumpang kelas bawah. Dengan sendirinya, Lion telah mematahkan anggapan maskapai rendah biaya sulit hidup di Indonesia. Tekad Lion Air untuk menjadikan Bandara Sam Ratulangi Manado sebagai international hub kian mendekati kenyataan. "Tahun 2013 (Bandara Sam Ratulangi) Manado mulai jadi hub kami untuk penerbangan ke Asia Pasifik," kata Presiden Direktur Lion Air Rusdi Kirana kepada koran ini, kemarin sore.
Di akhir 2008 pertama kali Rusdi Kirana mengumumkan rencana Lion Air menjadikan Manado sebagai pusat penerbangan maskapai itu dari dan ke Asia Pasifik. Pengumuman yang disampaikan di hadapan Gubernur Sulut SH Sarundajang itu dikemukakan Rusdi saat berkunjung ke Manado berkaitan dengan persiapan pelaksanaan World Ocean Conference 2009.
"Rencana itu (Manado jadi hub Lion) kami akan laksanakan mulai 2013,"’ katanya. "Saya sudah sampaikan kepada pemerintah (rencana ini), dan Pak Mangindaan (Menteri Perhubungan EE Mangidaan) menyatakan dukungannya," kata Rusdi.
Rencana Lion itu makin terbuka lebar lantaran Rusdi Kirana baru saja menandatangani pembelian 230 pesawat dari Boeing Company, pabrik pesawat terbang terkemuka di dunia yang bermarkas di Seattle, Amerika Serikat. Penandatanganan kesepakatan pembelian 201 unit pesawat Boeing 737 MAX dan 29 unit pesawat Boeing 737-900 ER tersebut dilakukan kemarin (18/11) pukul 09.30 Wita di Hotel Grand Hyatt Nusa Dua Bali.
Boeing Company diwakili Raymond L Conner, Senior Vice President Sales and Customer Support, dan Dr Dinesh Keskar, Senior Vice President Boeing International. Sementara Lion Air diwakili Presiden Direktur Rusdi Kirana. Hebatnya, penandatangan tersebut disaksikan langsung Presiden Amerika Serikat Barrack Obama,  juga dihadiri Dubes Indonesia untuk Amerika Dino Patti Djalal dan Dubes Amerika untuk Indonesia Scot Marciel.
Boeing Company melalui juru bicaranya Wilson Chow  mengatakan, kesepakatan pembelian 230 pesawat ini senilai US$21,7 miliar, setara Rp195 triliun. Kesepakatan tersebut termasuk hak untuk menambah pembelian 150 pesawat. Boeing mengumumkan, kesepakatan ini merupakan order pesawat komersial terbesar dalam sejarahnya, baik dalam nilai dolar maupun jumlah pesawat.
Lion Air merupakan maskapai swasta Indonesia yang menjadi pembeli terbesar di Boeing. Sebelum ini, Lion Air sudah memesan 178 pesawat Boeing 737-900 ER, yang dikirim mulai 2007 hingga 2016.
Hingga bulan lalu pabrik pesawat di tepi Danau Washington Seattle itu sudah mengirim 50 pesawat Boeing 737-900 ER kepada Lion Air. Baik Boeing 737-900 ER maupun Boeing 737-MAX, Lion Air merupakan pemesan terbesar. Total order pesawat Lion kepada Boeing mencapai 408 unit. Khusus untuk order 230 pesawat yang baru disepakati kemarin, mulai dikirim Boeing ke Lion Air pada 2017, dan berakhir pada 2025.
Total nilai order yang dilakukan Lion Air berjumlah US$37,7 miliar, setara Rp339,3 triliun. Terdiri dari order pertama US$16 miliar dan order kedua US$21,7 miliar. Pendanaan pembelian pesawat ini dilakukan oleh konsorsium beberapa bank, yang dipimpin  Bank Eksport Import Amerika Serikat (US Exim Bank).
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama menyambut hangat kesepatan ini dan memuji Lion Air sebagai perusahaan penerbangan swasta Indonesia yang memiliki reputasi dunia. Pemesanan pesawat ini menguntungkan Amerika Serikat dan Indonesia.
Bagi Amerika Serikat, order 230 pesawat ini memberi efek positif bagi kebangkitan ekonomi negeri Paman Sam itu yang kini tengah dililit krisis ekonomi. Obama mengatakan, order ratusan pesawat oleh Lion Air ini akan membuka sedikitnya 100 ribu lapangan kerja di Amerika Serikat.
Obama tak hanya menyaksikan penandatanganan kesepakatan Boeing dan Lion Air yang dilakukan di sela-sela kesibukan pemimpin negara adi daya itu mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Bali.
Presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat itu memberikan pidato singkat, sesuatu yang jarang dilakukan kepala negara dan pemerintahan USA pada kesepakatan bisnis. "Ini adalah contoh luar biasa dari investasi perdagangan dan peluang komersial yang ada di kawasan Asia Pasifik," kata Obama memulai pidatonya.
"Beberapa hari terakhir ini, saya telah berbicara tentang bagaimana memastikan kehadiran kami di wilayah ini, yang dapat langsung berkaitan dengan lapangan pekerjaan di negara kami," kata Obama.
“Dan apa yang kita lihat di sini - kesepakatan bernilai miliaran dolar antara Lion Air - salah satu yang maskapai penerbangan dengan pertumbuhan tercepat tidak hanya di wilayah ini, namun di dunia - dan Boeing akan menghasilkan lebih dari 100.000 pekerjaan di Amerika Serikat untuk jangka waktu panjang."
Kesepakatan bisnis terbesar antara Boeing dan Lion Air ini merupakan bagian dari kebijakan ekonomi AS. "Terima kasih kepada para pejabat pemerintah yang berupaya agar hal ini terwujud. Ini merupakan salah satu contoh bagaimana kami akan mencapai tujuan jangka panjang yang saya tetapkan, yaitu meningkatkan ekspor AS sebanyak dua kali lipat dalam beberapa tahun ke depan,"’ katanya.
Obama memuji Lion Air sebagai maskapai penerbangan swasta Indonesia yang luar biasa. "Saya mengucapkan selamat kepada Lion Air atas keberhasilan mereka yang luar biasa," katanya.
Presiden Direktur Lion Air Rusdi Kirana mengatakan, pembelian pesawat ini dilakukan sebagai bagian dari pengembangan bisnis Lion Air dan sumbangsih kepada percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan penumpang pesawat di Indonesia mencapai 30-35%. Tahun-tahun mendatang akan terus meningkat. Pembelian pesawat ini kami lakukan untuk mengantisipasi peningkatan penumpang tersebut," katanya.
Pemerintah sudah melakukan berbagai langkah antisipatif dan pembenahan. Antara lain pembukaan dan penambahan kapasitas bandara-bandara baru. Juga pengembangan operasional bandara, dari 14-16 jam menjadi 24 jam. "Semua ini menjadi modal dan peluang bagi industri penerbangan nasional untuk berkembang," kata Rusdi.
Selain untuk pengembangan, order 230 pesawat baru akan dimanfaatkan Lion Air untuk terus meremajakan armada pesawatnya. "Order pesawat ini mulai datang (ke Indonesia) tahun 2017. Pada saat ini kami akan mulai meremajakan armada pesawat yang dibeli tahun 2007 ke bawah," katanya.
Sebagian lagi, akan didayagunakan untuk pengembangan, dengan membuka rute-rute baru, baik domistik maupun luar negeri. "Untuk penerbangan ke Pasifik, kami akan menjadikan Manado sebagai (airport) hub mulai 2013," katanya.
Rusdi menilai Bandara Sam Ratulangi cukup memadai dijadikan home base bagi Lion untuk melayani rute-rute penerbangan internasional ke Korea, China, Jepang, Taiwan dan Amerika Serikat. Keterbatasan Bandara Sam Ratulangi sudah dapat diatasi secara bersama-sama oleh Lion dan Boeing.
"Kami (Boeing dan Lion) sudah memiliki peralatan navigasi yang lebih canggih. Untuk mengatasi keadaan cuaca yang ekstrim saat mendarat, Boeing sudah punya teknologi Radar Modernization Programme (RNP). Pesawat-pesawat kami, sejak beberapa waktu lalu, khususnya yang ke Manado, sudah menggunakan teknologi RNP," katanya.
Peralatan ini (RNP) dapat memandu pilot melakukan pendaratan dengan aman dan tepat pada cuaca ekstrim. Bahkan dapat mendaratkan pesawat secara otomatis. "Semua pesawat Lion yang baru nanti menggunakan peralatan ini," katanya.
Selain itu, untuk order pesawat baru sudah memiliki jarak antar bangku yang lebih lebar. Juga dilengkapi dengan in-flight entertainment di setiap bangku. "Ini cocok untuk penerbangan jarak menengah, 5 hingga 6 jam. Waktu tempuh dari Manado ke Hong Kong dan kota-kota penting di Jepang, China, Korea, dan Taiwan," kata Rusdi.(*)
2011 Image
Presiden AS Barack Obama (kanan), Presdir Lion Air Rusdi Kirana, (kiri-duduk), dan Senior Vice President Boeing Ray Conner (tengah) di Nusa Dua, Bali, kemarin.
FENOMENAL: Presiden Barack Obama bertepuk tangan saat Rusdi Kirana (kiri), Presiden Direktur Lion Air, bersalaman tangan dengan Ray Conner, Senior Vice President Boeing, usai penandatanganan pembelian 201 Boeing 737-MAX dan 29 Boeing Next-Generation 737-900ER, di sela KTT ASEAN dan Asia Timur di Grand Hyatt Hotel Nusa Dua, Bali, kemarin. (AFP)
Maskapai Indonesia, Lion Air,memborong 230 unit pesawat Boeing senilai USD21,7 miliar (Rp195 triliun). Transaksi itu tercatat sebagai kesepakatan bisnis terbesar dalam sejarah Boeing,melewati rekor sebelumnya, saat produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) itu mengumumkan transaksi dengan maskapai Emirates Airlines senilai USD18 miliar, 15 November lalu.
Kesepakatan antara Boeing dan Lion Air juga terasa istimewa lantaran disaksikan langsung Presiden AS Barack Obama di selasela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEANAsia Timur, di Nusa Dua, Bali, kemarin.Obama menyebut kesepakatan bisnis itu sebagai kemenangan bagi pekerja di AS dan konsumen di Asia.
NUSA DUA – Maskapai Indonesia, Lion Air,memborong 230 unit pesawat Boeing senilai USD21,7 miliar (Rp195 triliun). Transaksi itu tercatat sebagai kesepakatan bisnis terbesar dalam sejarah Boeing,melewati rekor sebelumnya, saat produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) itu mengumumkan transaksi dengan maskapai Emirates Airlines senilai USD18 miliar, 15 November lalu.
Kesepakatan antara Boeing dan Lion Air juga terasa istimewa lantaran disaksikan langsung Presiden AS Barack Obama di selasela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEANAsia Timur, di Nusa Dua, Bali, kemarin.Obama menyebut kesepakatan bisnis itu sebagai kemenangan bagi pekerja di AS dan konsumen di Asia.
Menurutnya, kesepakatan bernilai miliaran dolar antara maskapai nasional Indonesia dan produsen pesawat Boeing merupakan contoh luar biasa di bidang investasi perdagangan. Obama juga melihat hal tersebut sebagai peluang komersial yang ada di kawasan Asia-Pasifik. “Beberapa hari terakhir ini, saya telah berbicara tentang bagaimana memastikan kehadiran kami di wilayah ini, yang dapat langsung berkaitan dengan lapangan pekerjaan di negara kami,”kata Obama.
Dia menambahkan, kerja sama Boeing dengan Lion Air ini akan menghasilkan lebih dari 110.000 lapangan kerja di AS untuk jangka waktu panjang. “Ini merupakan kesepakatan bisnis terbesar, kalau saya tidak salah, yang pernah dibuat Boeing. Akan ada lebih dari 200 pesawat terbang yang akan dijual,”katanya.
Dalam kerja sama tersebut, tambah Obama, Pemerintah AS dan Ex-Im Bank AS menjadi kunci dalam memfasilitasi kesepakatan ini.Presiden yang pernah tinggal di Indonesia ini mengucapkan terima kasih kepada para pejabat pemerintah yang berupaya agar kesepakatan itu terwujud. Menurut Obama, transaksi perdagangan antara Lion Air dan Boeing itu merupakan salah satu contoh langkah AS mencapai tujuan jangka panjang yang ditetapkan.
Obama sebelumnya memang gencar mengampanyekan peningkatan ekspor AS hingga dua kali lipat dalam beberapa tahun ke depan. “Saya mengucapkanselamat kepada Lion Air atas keberhasilan mereka yang luar biasa. Saya juga memberi selamat kepada Boeing yang telah membuat pesawat terbang hebat,termasuk yang saya tumpangi ini,” ujar Obama seraya tersenyum. Penjualan pesawat Boeing kepada Lion Air meliputi 230 unit pesawat jenis jet seri 737 untuk daya jelajah jarak pendek.
Bagi Boeing,kesepakatan tersebut merupakan upaya mengembalikan reputasi mereka untuk bersaing dengan produsen Eropa,Airbus. Secara terperinci, pesanan pesawat Lion Air terdiri atas 29 Boeing 737-900 Next Generation dan 210 Boeing 737 MAX. Menurut Boeing, ke-201 pesanan 737 MAX itu merupakan bagian dari komitmen Boeing dalam menyediakan sekitar 700 pesawat yang akan mulai masuk ke pasar pada 2017. Jenis 737 MAX juga diklaim memiliki mesin yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar.
”Pesanan Lion Air jika telah difinalisasi akan menjadi yang terbesar yang pernah ada,baik dari segi nilai maupun jumlah pesawatnya,” ungkap Boeing. Pendiri dan Presiden Direktur Lion Air Rusdi Kirana mengatakan, Boeing 737 MAX merupakan masa depan bagi Lion Air.Menurutnya, Boeing 737 MAX merupakan pesawat yang memiliki teknologi tinggi dan efisien. Hal tersebut akan berdampak pada penerapan tarif yang lebih murah dan jangkauan rute lebih luas lagi.
“Ini akan menjadi masa depan yang sangat baik bagi Lion Air,”ujar Rusdi. Direktur Umum Lion Air Edward Sirait menambahkan, pembaelian 230 unit pesawat Boeing 737 ini merupakan tambahan dari pembelian sebelumnya sebanyak 178 unit Boeing 737-900ER dengan nilai USD16,8 miliar. “Sebelumnya Lion Air sudah pesan 178 unit pesawat Boeing dan sekarang tambah lagi sebanyak 230 unit pesawat.
Pemesanan pesawat ini akan dimulai pada 2017 dan selesai 2025,”ungkap Edward. Di samping Boeing, perusahaan AS lainnya yang juga mendapatkan order dari perusahaan Indonesia adalah General Electric (GE). Produsen mesin pesawat terkemuka Paman Sam itu mengumumkan telah sepakat untuk menjual 50 mesin pesawat pada maskapai Garuda Indonesia.

Pada dekade 1990-an, berpergian dengan pesawat hanya milik orang-orang berduit. Anggapan ini begitu kuat melekat karena memang ongkos naik pesawat sangat mahal. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan peraturan, mulailah bermunculan pesawat dengan biaya lebih terjangkau. Demikian juga yang terjadi di Indonesia. Jika dulu pesawat hanya didominasi oleh Garuda dan Merpati, kini berbagai maskapai penerbangan bersaing mendapatkan konsumen di Indonesia.
Maraknya dunia penerbangan Indonesia saat ini boleh jadi dipelopori oleh munculnya maskapai penerbangan murah pertama di Indonesia, yaitu Lion Air. Dengan slogannya: "We make people fly" atau "Kita membuat orang-orang terbang", maskapai yang baru beroperasi awal tahun 2000-an tersebut seolah memicu munculnya maskapai low cost lainnya. Lion sebagai maskapai baru segera menjadi bahan perbincangan karena mampu menyedot banyak penumpang meski kehadirannya sempat diragukan sebelumnya. Bahkan kini, maskapai tersebut telah menduduki peringkat kedua sebagai maskapai dengan penumpang paling banyak di tanah air.
Sukses Lion Air tak bisa lepas dari sosok pimpinannya, yakni Rusdi Kirana. Kelahiran 17 Agustus 1963 ini mampu menepis segala keraguan dengan menjadikan Lion Air sebagai salah satu armada terbesar saat ini. Berbekal pengetahuan menjadi sales agent sebuah biro perjalanan, ia nekad mendirikan Lion Air. Ia menyebut modalnya saat itu hanya kepercayaan. "Dari mana saya punya uang, modal airline itu kan bukan cuma 1-2 milyar? Ini karena kepercayaan," tegasnya.
Terlahir dari keluarga pedagang, bapak tiga anak ini memang dididik dengan keras oleh keluarganya. Hal itulah yang menjadi bekalnya untuk membesarkan Lion Air. Dari kesuksesannya mendirikan biro perjalanan Lion Tours, bersama dengan saudaranya, Kusnan Kirana, ia memberanikan diri terjun ke bisnis penerbangan. Kala itu, banyak orang memperkirakan Lion Air tidak akan bertahan lama. Sebab, pengalaman menjalankan bisnis biro perjalanan dianggap sangat berbeda dengan menjadi operator pesawat sendiri.
Dibekali ambisi yang tinggi dan modal awal 10 juta dolar Amerika Serikat, Lion Air secara hukum didirikan pada bulan Oktober tahun 1999. Namun pengoperasian baru berjalan di mulai pada tanggal 30 Juni tahun 2000, dengan menggunakan sebuah pesawat Boeing 737-200. Saat ini, Rusdi Kirana sebagai salah satu pemilik Lion Air [5] memegang jabatan sebagai Presiden dan juga Direktur.
Hingga pertengahan 2005, bersama dengan penerbangan internasional lainnya, Lion Air menempati Terminal 2F Bandara Sukarno-Hatta; sedangkan perusahaan penerbangan lokal atau penerbangan domestik menempati Terminal Satu. Faktor tersebut, selain mampu memberikan para penumpang kemudahan penerbangan sambungan ke Indonesia atau dari Indonesia ke tujuan internasional lainnya, juga memberikan keuntungan lebih dari segi prestise. Tetapi kemudian Lion Air dipindahkan ke Terminal 1A dan penerbangan ke Pulau Sumatera,Batam,Pangkalpinang,dan Palangkaraya dioperasikan di terminal 1B (mulai 11 Oktober 2010)hingga saat ini.Sedangkan semua penerbangan internasional Lion Air dilayani dari terminal 2E.
Pada 2005, Lion Air memiliki 24 pesawat penerbangan yang terdiri dari 19 seri McDonnell Douglas MD-82 dan 5 pesawat DHC-8-301. Untuk memenuhi layanan yang rendah biaya, Armada Lion Air didominasi oleh MD-80 karena efisiensi dan kenyamanannya. Dalam upaya meremajakan armadanya, Lion Air telah memesan 178 Boeing 737-900ER yang akan diantar bertahap dari 2007 hingga 2014. Lion Air berencana bersaing baik dengan Garuda Indonesia maupun Saudi Arabian Airlines untuk menerbangi rute-rute umroh bahkan haji dengan pesawat Boeing 747-400. 2 (dua) Pesawat Boeing 747-400 sudah masuk dalam armadanya.
Selain pekerja keras, Rusdi memang dikenal sebagai orang yang rendah hati. Ia mudah bergaul dengan banyak orang dan selalu tampil sederhana di setiap kesempahttp://www.blogger.com/img/blank.giftan. Rusdi mengatakan bahwa itu semua didapat karena latar belakang pendidikan orangtuanya.
Selain itu, Rusdi juga menyebut bahwa bisnis yang digelutinya bisa sukses karena ia selalu berusaha memberikan kepuasan kepada orang lain. Dengan prinsip tersebut, Rusdi Kirana kini dikenal sebagai pelopor penerbangan murah di tanah air. Bahkan, ia pernah dinobatkan sebagai tokoh bisnis paling berpengaruh dari sebuah media ekonomi nasional. Kini, perusahaannya juga telah bersiap mendunia dengan aliansi beberapa maskapai dunia.
Di dunia marketing : Tagline Lion Air sangat terkenal saat itu, Terbang dengan Lion pulang bawa BMW, sebuah tagline yang sangat dahsyat yang sanggup mendongkrak omzet perusahaan. 
(Dari berbagai sumber )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

farid. Diberdayakan oleh Blogger.